Monday, October 08, 2007
HAMIL, NGIDAM DAN BERAT BADAN
Waktu memang berjalan cepat apabila kita mengabaikannya. Seperti usia kandunganku yang sekarang sudah menginjak bulan kedelapan. Selama delapan bulan ini, delapan puluh persen perhatianku tersedot untuk menikmati suka duka menjadi calon ibu. Betapa tidak, aku si raja makan, mati rasa soal makanan di usia empat bulan kandunganku setelah tiga bulan sebelumnya aku memuntahkan hampir sebagian besar makanan yang masuk ke perut. Belum terhitung rasa pusing, gerah, sampai mau hampir pingsan. Aku ingat, sampai usia ke 27 tahun ini belum sekalipun aku pingsan. Aku pernah hampir pingsan sekali karena shock ketika pulang kerumah dan mendapati bapakku sudah disemayamkan di Bale Dangin, bale untuk kematian bagi orang bali. Bapakku meninggal karena kanker usus tepat di hari Jum’at Agung Natal tahun 1992.
Berbicara masalah makanan lagi, ini adalah bahan diskusi yang menyenangkan buatku. Sebelum hamil, aku pikir wanita yang ngidam akan meminta makanan yang macam-macam dari suaminya, beberapa cerita sempat terekam dalam otakku seperti cerita Srinadi temen SMP-ku, suatu ketika di kehamilan pertamanya (sekarang anaknya sudah dua) dia ingin sekali makan bubur nasi, dan waktu itu sudah jam 10 malam. Suaminya, yang guide spanyol, bela-belain berangkat ke teuku umar yang jaraknya hampir 40 kilometer dari rumahnya di Mas, Ubud. Lain lagi dengan temenku (aku lupa namanya) dia ingin makan mangga hasil curian. Dari pengalaman ini, aku jadi penasaran. Tetapi begitunya ngidam, aku sendiri tidak merasa sangat fanatic dengan satu makanan tertentu. Kecenderungan minat dan pola makan masih sama seperti waktu sebelum hamil.
Aku malah berpikir keras kalau sudah menjelang jam makan siang. Aku tidak terlalu banyak menemukan makanan enak dan murah di Kuta, atau aku mungkin yang kurang bergaul dengan warung-warung di sekitar tempat kerjaku ini. Kadang-kadang makan sate babi di depan lapangan, nasi soto diwarung solo, nasi ayam bu sudi di depan central parkir, nasi padang di depan kuta galleria, kalau tidak warung jawa sebelahnya obral baju Quicksilver. Sesekali kalau Fabio, mantan bosku berbaik hati, aku ditraktir makan diwarung murah di jalan double six.
Oh iya, aku lupa, saat kehamilanku empat bulan, disaat aku tidak ingin makan, aku malah ngidam pizza tipis. Pak Yoga, mantan bosku yang lain berbaik hati menraktirku pizza tipis di Jazz Bar and Grilled, Sanur. Pizzanya uenak banget, bahasanya pak Bondan, Makk Nyusss!!. Meski akhirnya kenikmatan pizza harus diselingi dengan duka, karena malamnya mobil mogok, tidak bisa distarter. Jadi aku tinggalkan di depan Jazz Bar, dan aku pulang dibonceng Adit saudaraku, yang main band disana.
Belakangan ini, selera makan dan ngemilku agak aneh. Aku jadi suka sekali dengan rasa odol pepsodent (padahal sebelum hamil aku biasanya pakai close up), jadi sehari aku bisa sikatan 3-4 kali!. dan satu lagi, aku suka permen mentos!. Aku suka rasa kesat dan mint-nya, sepertinya memberi kesegaran keseluruh rongga mulut.
Sebelumnya aku sempat khawatir, karena sampai usia kandunganku memasuki bulan ketujuh, berat badanku tidak nambah banyak, naiknya hanya 7 kilo dari awal kehamilan. Aku bingung, padahal perasaan aku sudah banyak makan. Perutku belum terlihat buncit, sehingga orang tidak percaya kalau usia kandungannya sudah tujuh bulan. Ibuku dan ibu mertuaku coba menenangkanku. Mungkin karena kamu tinggi wik, atau perutmu memang tipis, kata mereka. Tapi komentar dari teman-teman dekatku, sampai bapak-bapak yang sering kutemui disaat jalan-jalan di jogging track di dekat rumahku di kesambi akhirnya menciutkan nyaliku juga. Belum lagi ditambah dengan komentar bidan ditempat senam hamil. Dia bilang janinku kecil, jadi aku harus memperbanyak makan atau ngemil dan menambah asupan susu, dua sampai tiga kali sehari.
Tetapi syukurlah di usia kandunganku yang delapan bulan ini, nafsu makanku mulai membaik bahkan berat badanku naik drastis empat kilo dalam sebulan saja. Sampai sekarang berat badanku mencapai 76 kilo dari awal 65 kg sebelum hamil. Badanku tambah besar dan melar. Suamiku bahkan sekarang memanggil aku si endut, tapi katanya tambah sayang denganku karena aku gendut!!. katanya “seneng deh ngelihat kamu gendut. nah sekarang kan gendut, tar kalau sudah melahirkan kurus lagi, abis itu gendut lagi”. Menggoda dengan tampang seperti mengiming-imingi anak SD dengan sebuah permen. Aku tahu dia ingin aku hamil lagi setelah ini. Dasar suamiku!.