Tuesday, October 09, 2007

RADIO SUARA SURABAYA

Jam dua siang, ketika bis melewati jalanan Surabaya yang panas, kami dan para peserta pelatihan pendidikan lingkungan mulai diserang kantuk yang menyengat karena AC di dalam bis. Setelah melewati jalan yang berlika liku, akhirnya kami sampai di jalan Wonokitri, kawasan dimana Radio Suara Surabaya 100 FM ini memancarkan frekuensi siarannya. Sayangnya, bis tidak bisa laju masuk ke kantor Radio SS (bukan Shabu Shabu loh!), karena gang yang sempit dan dihalangi portal sebagaimana banyak juga terdapat di gang kecil di Surabaya. Sehingga kami melenggangkan kaki terusir dari kenyamanan dalam buaian sejuknya AC di bis.

Pertama kali menjejakkan kaki disini, kesan pertama biasa saja, I mean, gedungnya tidak terlalu bagus, malah cenderung bergaya lama. Tidak antik juga. Namun setelah menapaki lebih jauh areal kantor ini, baru suasana kegaguman mulai menyeruak. Di gedung manajemennya ini bergaya minimalis, disinilah kami disambut oleh Bapak Errol Jonathan, Direktur operasional Radio SS. Bapak yang masih tetap fit, santun dan bersahaja di usianya yang menjelang 60-an (aku perkirakan), menyambut kami dengan hangat dan menggunakan waktu yang sempit untuk briefing kami singkat mengenai radio SS.

Radio SS adalah radio swasta yang konsepnya menerapkan kontens radio komunitas. Radio ini dijadikan sebagai ajang untuk membahas segala permasalahan kota Surabaya dan sekitarnya secara langsung dengan metode interaktif. Para pendengarnya, yang biasa dipanggil “kawan” ini menelpon radio SS untuk memberi update informasi lalu lintas, kriminalitas, seperti pencopetan dll, atau memberi tanggapan, saran dan kritik mengenai suatu topic yang diangkap oleh radio SS, yang menjadi pusat pergunjingannya arek suroboyo.

Konsep radio seperti ini tidak cukup hanya dengan meniru, tetapi masing-masing radio juga harus jeli melihat, apakah konsep seperti ini cocok diterapkan untuk masyarakat disekitarnya. Konsep interaktif, ini cocok diterapkan disurabaya karena masyarakat Surabaya mempunyai karakteristik yang suka nimbrung alias ikut campur, disamping itu arek Surabaya cenderung lebih lugas untuk menyampaikan pendapatnya. Dia menyarankan sebaiknya radio local lainnya, cermat untuk memperhatikan masing-masing kekuatan dan kelemahan apakah konsep ini cocok untuk diterapkan di Solo misalnya, sulawesi.

Motivasi untuk membuat konsep radio seperti ini, pertama kali di cetuskan oleh pemilik radio. Ketika beliau mengambil kuliah di Amerika Serikat. Gayung bersambut ketika ada sebuah pemilik radio juga memiliki visi yang sama dengannya.

Jangan tertipu ketika melihat sebuah radio sebagai hiburan belaka, karena radio sebagaimana media eletronik dan cetak lainnya, juga bisa berperan sebagai media propaganda untuk pengiringan opini. Namun disisi lain, radio juga bisa berperan sebagai media pendidikan. Nah, Radio SS, mengambil peran pada radio sebagai media pendidikan untuk memberdayakan audiensnya untuk mempunyai dalam proses demokratisasi.

Radio ini sering mendapat penghargaan dari kepolisian karena jasanya siarannya berhasil mengungkap kasus kriminalitas. Seperti sebuah contoh yang dibawakan oleh Mas Errol, pada suatu ketika ada seorang pendengar perempuan yang pecah ban di jalan raya, dia sadar bahwa pecah ban ini bisa jadi bukan sebuah kecelakaan, tetapi perbuatan sengaja yang dilakukan seseorang untuk merampok barang-barangnya. Apalagi kemudian dia melihat ada dua orang bocengan naik sepeda motor, sedari tadi mengikutinya dengan perlahan. Sontak saja, dia kemudian menghubungi radio SS dan minta pertolongan. Tidak lama kemudian, ada 4 pendengar lainnya yang memberi respon karena mereka dekat dengan kejadian.

Belum lagi banyak kasus, pemirsa yang melaporkan melihat seorang pengendara sepeda motor ngebut di suatu jalan tanpa memakai helm. Pemirsa curiga, jangan-jangan itu adalah salah satu gerombolan pencuri sepeda motor yang sangat marak di Surabaya.

Selain radio SS, management radio SS juga membuat radi Giga, radio yang menembak segment ibu-ibu rumah tangga. Niat mulianya, adalah untuk memberi ruang berekspresi bagi ibu-ibu rumah tangga yang sering kali kehilangan jati diri ketika berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. Ketika seseorang menanyakan apa profesinya, dengan rendah diri, mereka akan mengatakan, saya “hanya” seorang ibu rumah tangga. Nah tagline ini mencoba untuk diubah oleh radio SS, dengan mengatakan saya ini seorang ibu rumah tangga, so what gitu loh!. Namun begitu, mereka juga jeli menilik dari sisi bisnis bahwa ibu rumah tangga adalah pasar yang sangat besar untuk menarik iklan.

Selain itu, radio Surabaya juga membuat versi online di www.suarasurabaya.net. Jadi pendengar yang berada di luar Surabaya juga bisa mengakses siaran radio suara Surabaya dengan mengclik di website ini.

Bagi orang yang tertarik untuk mengetahui isu-isu terbaru Kota Surabaya, kalau ada waktu, aku rekomendasikan untuk mengakses websitenya aja deh.